Pada tahun 1968 Masjid Miftahul Jannah
adalah sebuah masjid sederhana yang didirikan oleh para tokoh
masyarakat. Nama besar yang dikenal sebagai pendiri masjid adalah Mbah
Suprenggo selaku Care’ (Sekdes) pada zamannya. Nama Miftahul Jannah yang berarti “Kunci Surga” diusulkan oleh seorang tokoh agama bernama Miftah, dan hingga kini nama itu masih terus melekat.
Masjid Miftahul Jannah adalah masjid
pertama di Desa Patoloan. Sebagai masjid desa, Miftahul Jannah
dikembangkan sebagai pusat kegiatan keagamaan. Selain sebagai tempat
shalat berjamaah dan ibadah rutin lain semisal tarawih Ramadhan, Masjid
Miftahul Jannah juga menjadi pusat belajar agama bagi anak-anak muslim
yang ada di kampung.
Desa Patoloan sebagai tempat berdirinya
Masjid Miftahul Jannah awalnya adalah sebuah desa transmigran dimana
para penduduknya mayoritas keturunan Jawa. Hal ini turut berpengaruh
pada sistem pembelajaran agama yang diterapkan di Masjid Miftahul
Jannah. Sebelum era tahun 1990-an, proses belajar mengaji dibimbing oleh
kebanyakan para alumni pesantren salaf di Jawa. Kegiatan belajar
mengaji dilakukan pada malam hari, dimana anak-anak dibedakan menurut
usia dan kelas mereka masing-masing. Beberapa kegiatan keagamaan tumbuh
berkembang di era tersebut. Anak-anak Muslim di Desa Patoloan lekat
dengan kedekatan mereka pada masjid.
Di akhir tahun 2000 Desa Patoloan
menjadi sebuah desa yang heterogen, dipenuhi dengan penduduk yang
berasal dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan. Suku Jawa, Bugis,
Toraja, Makassar dan beberapa suku lainnya hidup dalam kerukunan.
Mayoritas penduduk Desa Patoloan hingga saat ini adalah muslim. Hal ini
tak ayal menjadikan Masjid Miftahul Jannah yang awalnya terlihat luas
kini menjadi penuh sesak di saat pelaksanaan shalat Jumat tiba.
Suasana keberagamaan di Desa Patoloan
yang sangat tinggi hingga kini masih terasa. Selain Masjid Miftahul
Jannah, telah ada sebuah masjid di ujung sebelah barat desa. Ditambah
lagi 12 mushola yang tersebar di seluruh kampung. Meski begitu, sebagai
masjid desa, Miftahul Jannah tetap menjadi pusat kegiatan keagamaan.
Kepengurusan Masjid Miftahul Jannah
telah berganti beberapa kali. Sejak awal didirikan oleh Mbah Suprenggo,
pengurus Masjid Miftahul Jannah adalah orang-orang kompeten pada bidang
keagamaan. Sebut saja nama Bapak H. Djumari yang telah memegang peranan
penting dalam kepengurusan Masjid. Bapak Anshori selaku sekretaris
masjid sejak tahun 90-an hingga 2 tahun kemarin. Dan keturunan Mbah
Suprenggo yang menjadi imam masjid yakni Bapak Tabri.
Di akhir tahun 2010, pengurus masjid
kembali disegarkan dengan munculnya nama muda, Bapak Abdul Ra’uf,
S.Ag.,M.MPd. yang bekerjasa dengan Santoso dan Mat Juari, S.P. dalam
melangsungkan roda organisasi.